Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membentuk
Nilai ulanganku delapan tepi oleh guruku dikurangi tiga
Aku tidak senang dengan itu.
Dendam yang disimpan lalu turun ke hati mengeras bagai batu
Sampai hari itu aku tidak pernah jatuh dalam ulangan
Aku iri karena dikelas ada yang menjadi orang ketiga yang terpandai
dalam ulangan tersebut
Aku yakin akulah yang terpandai di banding seluruh kelas
Kalau kakakku ditahan oleh model guru yang tidak tahan kritik,
Aku akan melakukan koreksi habis-habisan
Aku tidak mau minta maaf
Memang demikian kalau dia bukan guru pandai
Tentang karangan saja dia lupa
Aku rasa dalam hal Sastra aku lebih pandai
Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah
Guru bukan dewa dan selalu benar
Dan murid bukan kerbau
Kita, generasi baru
Ditugaskan untuk memberantas generasi tu yang mengacau
Kita akan menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua
Kitalah generasi yang akan memakmurkan Indonesia
Yang berkuasa sekarang adalah orang-orang yang dibesarkan di jaman Hindia Belanda
Mereka adalah pejuang kemerdekaan ini
Tapi kini mereka telah menghianati apa yang diperjuangkan
Dan rakyat makin lama makin menderita
Aku bersamamu orang-orang malang
Siapa yang bertanggung jawab akan hal ini?
Mereka, generasi tua
Semuanya, pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng
Cuma pada kebenaran kita bisa berharap
Dan radio masih berteriak-teriak menyebarkan kebohongan
Kebenaran Cuma ada di langit
Dan dunia hanyalah palsu
Palsu
Sekolah SMA baru saja selesai
Semua kenangan-kenangan yang manis terbayang kembali
Dan aku sadar bahwa semuanya akan-dan harus berlalu
Ada perasaan saying akan kenangan-kenangan tadi
Aku seolah-olah takut menghadapi buta
Dan berharap akan berhadapan dengan masa kini
Dan masa lampau terasa nikmat
Tetapi aku mempunyai kesadaran yang teguh
……….
……..
Sekarang harga-harga makin membumbung
Kaum”kapitalis”semakin lahap memakan rakyat
Di saat seperti inilah seharusnya kaum intelegensia bertindak
Berbuat sesuatu
Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru
Mereka harus bisa bebas di segala arus-arus masyarakat yang kacau
Tapi mereka tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya
Yaini bertindak demi tanggung jawab sosialnya apabila keadaan telah mendesak
Kaum intelegensia yang terus berdiam di dalam keadaan yang mendesak,
Telah melunturkan sebuah kemanusiaan
Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok XXX berkata tidak
Mereka punya keberanian untuk berkata tidak
Mereka, walaupun masih muda, berani menentang pemimpin-pemimpin geng-geng bajingan
Rezim NAZI…?
Bahwa mereka mati itu bukan soal
Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir
Tiada indahnya penghukuman mereka
Tetapi apa yang lebih puitis, selain bicara tentang kebenaran?
Kita harus mempublikasikan suatu seruan terhadap keberanian berbicara
Kita perlu konsepsi dewasa ini
Segala usaha yang bisa kita lakukan harus dikerahkan
Untuk bisa belajar dan memahami persoalan-persoalan dewasa ini
Masalah ketidakmengertian ini adalah masalah semua kaum intelegensia
Baik dia adalah seorang intelegensia nasionalis,sosialis maupun komunis
Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan,
Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada?
Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?.
Seolah-olah bila kita membagi sejarah,
maka yang kita jumpai hanyalah pengkhianatan.
Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu kita hidup diatasnya.
Ya,.. betapa tragis.
Hidup adalah penderitaan kata Budha
dan manusia tidak bisa bebas daripadanya.
Bagiku kesadaran sejarah adalah sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai-nilai,
memang hidup seperti ini tidak enak.
Happy is the battle without history, kata Dousa.
Dan sejarawan adalah orang yang harus mengetahui dan mengalami hidup yang lebih berat
Aku ingin melihat mahasiswa-mahasiswa jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka harus berani mengatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas nama agama, ormas atau golongan apapun.
Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, Lumpur-lumpur yang kotor tapi suatu saat dimana kita tidak dapat menghindari diri lagi maka terjunlah!.
Aku tak mau menjadi pohon bambu, aku ingin menjadi pohon oak yang berani menentang angin.
Untuk Herman di Irian
Herman, terima kasih untuk suratmu yang tak pernah berhenti datang. Saya sangat membutuhkan teman bicara akhir-akhir ini, menulis pun resanya capai luar biasa, atau mungkin saya sudah muakdan tidak punya inspirasi?. Waktu cepat berlalu, teman-teman kita makin banyak yang meninggalkan Sastra. Saya benr-bernar merindukan masa diman saya, kau, ira, deni, dan teman-teman lain tertawa, bertengkar atau sekedar nonton. Memang Ira masih disini, menjadi asisten dosen sejarah Indonesia tapi kami masih rikuh untuk berbicara. Tentu kamu mengerti sebabnya.
Sastra telah banyak berubah, banyak teman-teman dosen yang tidak punya dedikasi dalam pekerjaannya dan membuat mahasiswa tidak kalah malasnya. Ini hanya salah satu contoh dari banyak kebobrokan di almamater ini yang selalu saya persembahkan . Banyak yang mengeluh saya keras kepala dan selalu mencari masalah.
Biarlah, lebih baik saya diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Saya akan membuat tulisan tentang ini semua.
Herman, saya punya rencana naik gunung semeru, mungkin akhir tahun ini. Saya sangat berharap kamu sudah kembali dan bisa ikut serta. Semoga penelitianmu berjalan dengan baik
Salam,
Soe
Aku tak tahu mengapa, aku merasa agak melankoli malam ini.
Aku melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas Jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya ini terjebak dalam suatu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra,
tapi kosong.
Seolah-olah aku merasa diriku yang lepas
dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan.
Perasaan sayang yang amat kuat menguasaiku,
aku ingin memberikan suatu rasa cinta kepada manusia
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa,
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
sambil membenarkan letak leher kemejaku.
Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih,
lembah pandalawangi.
Kau dan aku tegak berdiri.
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram.
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin.
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketika ku dekap kau dekaplah lebih mesra.
Lebih dekat.
Apakah kau masih akan berkata
“kudengar detak jantungmu”.
Kita begitu berbeda dalam semua,
kecuali dalam cinta.
Hari pun menjadi malam.
Kulihat semuanya menjadi buram.
Wajah-wajah yang tak kita kenal berbicara dengan bahasa yang tidak kita mengerti. Seperti kabut pagi itu
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
Tapi aku ingin menghabiskan waktuku disisimu sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Pandalawangi
Ada sedadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di biavra
Tapi aku ingin mati disisimu manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu
Mari sini sayangku, kalian yang pernah mesra
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu
No comments:
Post a Comment