Monday, August 6, 2007

Puisi Dalam Buku Tarian Kata

Ardiyan Dwi P


AMUKAN LAUT



Saat sang jantan membusungkan dadanya

Saat bola mata raksasa mulai berpijar

Dan disaat makhluk – makhluk

Lain memulai lelapnya


Ombak besar bergulung – gulung

Menerjang…menyapu…

Menghantam…meluluh lantakkan

Semua yang ada didepan-Nya


Ribuan raga – raga tak bernyawa

Bertumpukkan

Berserakan

Bergelimpangan


Bau yang sangat menyengat

Anyir

Amis

Menusuk dalam dua lubang kehidupan


Tangisan disertai jeritan

Ketakutan disertai trauma

Hanya ada kesedihan

Dan berduka


Sungguh suatu pemandangan

Yang sangat mengharu pilukan

Semua insan manusia

Berduka















Bambang Dwi L



HILANG


Tak lagi merasa dan tak lagi mendengar

Hanya kegelisahan yang terus melanda

Menatap jauh menyebrangi katulistiwa

Tak terlihat lagi senyum halus di hati



Terperanjat masuk kedalam gelap malam

Tiada lagi raut halus dalam hati yang hilang

Sanubari jiwa melayang tiada arah

Tak henti-hentinya mencari serpihan yang hilang



Tertusuk dalam kehidupan yang semu

Penyesalan yang tiada henti

Hanya kegalauan yang di rasa

Dan hilangnya kehidupan dunia kegelapan




Sigit Lukito Aji



Burung Malam



di stasiun Madiun aku turun

sepi…, tak ada angin menyambut hadirku

enggan kulewat peron yang terang

aku meloncat pagar taman

satu-satunya kedai kosong

aku masuk memesan kopi

kuteguk air kopi yang kurang panas

dan di sana ada bayangan wajahku

belum habis setengah, seorang Perempuan masuk

memesan kopi lalu menatapku!

matanya cekung,

alisnya tebal,

berhidung mancung,

dan bibirnya merah delima.

bercerita tanpa kutanya

hampir setahun mencari kerja

dan menjadi bulan-bulanan di kota Jakarta

lalu mapan di jalan Sabang

tanpa kutahu pangkalnya

ketika pagi belum subuh

perempuan dari Jakarta menggandengku

lalu tidur seranjang denganku

tak ada orang peduli, di sini tak dibutuhkan bukti diri

dan ketika hari senja

baru kubuka jendela

banyak perempuan berdandan

tamunya bergantian datang

ASTAGA…..!!!”

kubangunkan dia yang telanjang “KAU PELACUR!!!”

kupandang tubuhku bugil di kaca

kepalaku menggeleng tak terasa

dia menggeliat, lalu membalikkan badannya

D … I … A … M … P … U … T”












A

ABDUL RAHMAN

bdul Rahman



Perempuan Berkerudung



Perempuan itu berjalan di depanku

Kerudungnya lambangkan keberanian

Menuntun susuri jalan setapak

Menapak dikerikil-kerikil licin

Senyumnya membuat lupa perih di dasar

Hati

Sapanya mengajak lupakan gores di tapak

Kaki,

Dan aku kembali tegak


Ah, gundah tak tertahankan

Saat perempuanitu hanya tinggalkan

Jejak aku bersiap sendiri sama seperti

Dirinya,

Sendiri menghadap perang

Sekali lagi

Ujung kerudungnya menyapu takut

Yang menggigit

Sekali lagi

Seyumnya jadi belati yang membuatku

Bernyali

Selamat berpisah “Dewiku”

Suatu hari saat kita bertemu di

Pertempuran yang sama

Jangan lupa panggil namaku

Biar kita sama-sama hujamkan

Pedang,

Tepat di dada setiap durjana

Dewiku”,selamat jalan !


















Rahmawati



P

Rahmawati

otret dari Pemula



Ketika semua orang mulai ragu

Apa yang harus disikapi

Ketika semua orang mulai bicara

Apa yang harus diperbuat

Ketika semua orang mulai menyiksa

Apa yang harus dilakukan


Sepanjang jalan terlihat lebar

Namun begitu sempit lalui

Bertikung, berbelok, bercabang penuh krikil

Kaki, tangan patah

Hati sakit teriris


Ketika orang ragu

Ketika orang bicara

Ketika orang menyiksa

Ketika mulai kehidupan




GALAXY VEGA B

Galaxy Vega B



Love story



saya suka kamu

bagaimana kabar dunia di malam yang suram tadi

apabila esok telah mati, beri tahu aku dimana arah kuburan matahari

lebih dari setengah abad aku merindukan kematian bulan

lelaki ini telah bangkit dari janin seorang pengemis kaya

saya suka kamu

cintaku melebihi dunia yang mati bersama matahari di malam yang suram

pada kebutaan pemimpin yang radikal dan membodohi

saya cinta kamu jika kamu juga tidak membodohi aku

dan kitapun akan berbakti padamu wahai pemimpin yang hampir mati bersama matahari di sore yang kelam

selamat mati wahai pemimpin

akulah pendukungmu,

sebagai panitia datangnya hari kiamat

terima kasih burukku



Irsan Roseno



2

Irsan Roseno

,3-4- ?



gelap sapu hati rasa

jauh tak titik tatap asa

tetes darah hati luka

sadar bakar hati tiap jangka


titik api awal kata

ciut telinga mulut hina

tutup api pejam mata jiwa

lari kan adanya mereka


satu saat siapa yang ada

coba senyum darah menggila

menggeliat seekor kata

? yang kan tawa






Arief



L

ARIEF

AMA



merangakai langah menembus nuansa

langitkah penghalang kemenangan ?

pengungkap pencarian jawaban kegelisahan


demokrasi….tak lagi perduli kaki yang tak beralas

menyusup tiap jubah rapi bertuliskan mentri

turun temurun tak terganti

permainan waktu, kejayaan mentri


lama….menanti teriakan kemerdekaan

mereka yang tak beralas kaki, tak lagi mengangkat senjata

memainkan keringat untuk suapan nasi

yang terdahulu tak dikenang

yang lahir menginjak kesengsaraan


kenakanlah alas kaki, berangkatlah berjuang

atau teruslah menangis setelah kemerdekaan demokrasi

dengan mereka yang berseragam rapi bersenggama dengan harta

lama......lama sekali

Abdul Rahman



MENGGAPAI IMPIAN



Waktu berjalan begitu cepat

Siang malam silih berganti yang kulewati

Sulit rasanya tuk menghadapi berbagai cobaan

Yang kualami saat ini


Ku selalu coba berusaha keras

Tanpa mengenal lelah sedikit pun

Demi mendapatkan sebuah impian

Yang sudah lama ku nanti-nantikan


Sungguh aku menyadarinya

Di dalam lubuk hatiku

Bahwa diriku ini

Tidak pantas tuk menggapainya…


Namun ku tak peduli

Walaupun besarnya rintangan dan cobaan yang

Kuhadapi

Tapi ku harus tetap berdiri tegar

Agar impianku selama ini

Dapat terwujud

Zulfatul Khoeriyah



Orang Hina



Tuhan telah menghinaku…

Karna orang yang hina…

Tuhan menghina aku

Karna menemukanku dengan orang hina…

Dan terhinanya aku

Karna hinanya orang yang untukku

Hinanya aku bukan karna Tuhan

Hinaku karna hinanya

Makhluk Tuhan yang untukku

Aku terhina bukan berarti

aku yang hina sepenuhnya

Aku menghinakan makhluk-Mu

Karna makhluk-Mu menjadikan aku hina…







Eka Setyantoro


Eka Setyantoro


PENANTIAN DALAM SENJA




Dalam teduhnya

Tetesan gerimis senja

Ku termenung

Di antara ilalang


Maju ku hempas

Beban ketidak berdayaanku

Tuk merangkai

Segala impian


Kebisuan pun berdinding

Memisahkan dan membatasi

Mengasingkan kita

Ke tempat kedap suara


Bahkan nurani pun tak dapat di dengar

Mengapa harus ada

Batas dan tepi yang menghalangi

Membuat kita selalu terhenti

Seperti di kejar bayang-bayang

Meski tak melakukan apa-apa

Mengapa kebenaran

Justru membuat kita selalu merasa tersiksa

Apa salahnya mencinta

Bukan hal bodoh tapi suci

Cinta telah menjadi kejahatan

Kita harus lari dan sembunyi

















Eka Permana B



BEBAS = MATI



Kebebasan sama dengan kematian

Kehidupan bukan kebebasan

Kehidupan adalah tanggung jawab

Untuk mencapai kebebasan

Diatas langit masih ada langit

Di bawah tanah masih ada tanah

Hidup adalah beban

Tak ada kebebasan dalam hidup ini

Hanya beban yang ada

Karna masih ada hati yang mempuyai rasa

Rasa cinta

Rasa benci

Rasa takut

Rasa suka

Takan hilang dalam kehidupan

Hanya kematian yang dapat membebaskannya

Kematian lapaskan belenggu-belenggu mu

Dari tanggungjawab,dan hati yang mempunyai rasa

Karna Bebas = mati

Noviati Maulidah



Kamu Bukanlah Untukku



Sore itu

Sang Surya merangkak pergi ke persembunyiannya

Sisakan jingga di barat

Tinggalkan aku dalam sendiri


Deru ombak kejar-mengejar

Menyikap tirai sepi di hatiku

Air laut sentuh jemari kakiku

Akupun tersentak dari lamunanku


Hari itu dalam lamunku

Sosokmu kembali tersirat dalam benakku

Runtuhkan tembok dengan senyum dan air mata

Tinggallah perih menyayat hati


Sesulit itukah bagiku untuk lupakanmu?

Singkirkan bayang wajahmu dari tiap desah nafasku

Dan dari tiap langkah hidupku

Padahal mencintaimu adalah hal terperih yang pernah kurasakan

Karena mencintaimu aku berharap pada sesuatu yang hampa

Karena kamu bukan untukku


Zulfatul Khoeriyah



Sobat Biadab



Sobatku berambisi

Sebilah golok

tertancap didada

hingga menembus

tulang punggungku

Sobatku…

menusuk !

mencabik !

dan mengiris jantung

Layaknya aku adalah biadap

Dia tetap sobatku !

Kubelai …

Kutimang …

Dan kupuja layaknya permata

Tapi sobatku

membelah tiap garis tawa

Dan merenggut

Ketulusan birahi batinku


Ria Setiani



AKU BUKAN PENULIS



Mencengkeram kaku dan bergetar

Dihadapanku kudapati selembar kertas putih

Nampak polos suci tanpa noda

Tergenggam ditanganku pena hitam






Ruang hatiku bimbang dan pilu

Seolah bertanya…

Haruskah kulukai kertas malang itu dengan goresanku?

Tak satupun huruf, tak setitik tandapun yang tergores

Mengapa…?


Otakku penuh sesak dengan kata-kata

Inginku bagikan kepada kertas itu

Namun, tanganku kaku tak bergerak

Syaraf-syaraf motorikku mati

Aku bukanlah seorang penulis!!!

Pipit Novita



Penantian



Aku termangu dalam kesendirian

Dalam keresahan hati…….

Berharap……. dan ……. berharap

Datangnya suatu terang……

Keabadian……

Akankah terang datang menghampiriku ?

Aku hanya berdoa dan berharap

Walaupun seribu tahun lamanya

Penantian ini……. penantian yang pasti

Dan akan tetap menanti…….

Walaupun jam pasir habis dan berhenti

dan matahari enggan bersinar lagi







Rio Bagus Suntaka



N

Rio Bagus Suntaka

AFAS BERNYAWA



Dalam harim kehidupan kau bernafas

Beralun dalam buaian tubuh buncitmu

Darah dingin darah beku menyambut kehadiranmu

Engkaukah itu

Raut wajah kegelisahan

Tanggisan satu memecah kesunyian

Terlihat gelap, hitam ruangan kamar


Seakan penantian itu hilang

Suara itu terdengar sangat kencang

Tubuh munggil selaput kehidupan

Memecah keraguan dalam kebimbangan


Aku lahir menyambut fajar

Kesunyian itu hilang

Keceriaan itu datang

Ibu berkata

Anaku lahir................

Anaku lahir................

Syukurnya dalam hati.

Agus Triyono



R

Agus Triyono

uang Kehidupan



Saat ku mulai menangisi dunia

Terlahirlah anak manusia membawa jiwa

Jiwa yang suci pewarna kehidupan

Sebagai penentu masa depan


Ruang kehidupan…

Engkau ruang yang kusinggahi

Untuk mencari prioritas diri


Ruang kehidupan…

Dengan hati yang suci

Ingin ku melangkah sejauh apa yang kucari

Untuk menuju jalan Illahi


Engkaulah tempat kehidupan

Tempat yang harus aku jalankan

Tak ada yang harus aku sesali

Karena dengan ridho Illahi.


Aida Muchlisa



KITA ADALAH LELAKON KEHIDUPAN



Adakah kita lahir hanya membedakan

Antara surga dan neraka

Sekarang roda terus berputar

Memacu perjalanan demi perjalanan

Belum mampu mengungkap misteri


Adakah kau sadar siapakah engkau

Sementara tak mengerti dengan apa yang sedang di jalani

Meski seluruh raga berlapis doa

Damai belum tentu berjabat sabar

Kita mesti menghayati makna seutuhnya


Hidup adalah membaca dan mengeja

Agar kita bisa meyakini tentang Dia

Kelak kita semakin akrab bersama-Nya





Risnawati



Duka Atas Kepergianmu


Aku tak mengerti apa ini

Aku tak mengerti arti ini

Kepergianmu....

Membawa duka yang dalam

Ketika aku ingin denganmu

Kau tak mau

Ketika kau ingin denganku

Aku tak mau

Ketika Sang Khalik memanggilmu

Kesedihan datang padaku

Aku maafkan segala kesalahanmu

Aku menyesal atas kesalahanku padamu

Ketika terakhir ku melihatmu terbaring kaku

Kini hanyalah kenangan yang tersisa

Kini tangis, tangis, dan tangis yang ada di hatiku....

Selamat tinggal, selamat jalan





Vendy Romadon



KUKATAKAN KEBENARAN



Kepada perempuanku



Kusingkap wajah pada siang.

Malamnya aku bermimpi.

Diangkat cerita untuku dan sebuah suara menyeru.

Pilih segala yang kau mau.

Maka kupilih akan sosoknya.

Setelah itu aku berkata:

Kau tertuang dalam tiap hasrat.

Sebagaimana merasuk dalam iramaku.

Namun secepat itu pula.

Kuselipkan buah luka.

Aku takut……………

Memohon pada kebodohan.

Yang kemudian berbisik:

Perempuanku adalah masa depanku.

Tuk kukenakan bagai cincin keabadian.


Dian Fitriana



M

Dian Fitriana

awar



Setangkai mawar merah

Merekah dari kuncupnya

Mekar berseri dan wangi

Indah seperti peri

Syahdu seperti puisi

Tapi dibalik keindahannya




Setangkai mawar merah dapat melukai jari yang menyentuh

Luka yang tak dalam namun menyakitkan

Keindahan dapat pula menyakitkan

Seperti cinta

Indah tapi dapat melukai hati


Setyo Afriandi



RAHASIA MALAM



Duniaku menjadi gelap.

Duniaku menjadi sepi.

Tak ada suara bising di sekitar kehidupanku.

Semuanya terlelap oleh kabut kesunyian.


Suara angin yang lembut mencoba menyetubuhi kulit ari.

iwa yang setiap kali bergelut dengan kebimbangan takluk akan

Kesenyapannya.


Semua yang menyangkut dunia.

Terlupakan oleh ketentramannya.

Terkadang kedinginannya mampu menumbuhkan mimpi birahi.


Malam teteplah malam.

Biarlah rahasia malam hilang bersama kesunyian.

Kekuatan dan kelamahan menyatu dalam rahasia malam

Yang tak akan terpecahkan sampai hari pembalasan.

Sri Heni

Sri Heni



KEKASIHKU



Kekasihku………

lekungan lipatanmu,

manis saja tawar

tawar yang menghambar


Senyumu masih saja tersekat jarak

tak mampu sebagai sapa

hanya mampu dikata manusia


Aku disini

Bergelut, bergayut, menembus dinding batu

Batas sekat meretak, melebar, memudar

menghilang menawarkan warna


Kekasihku

kini senyumu menawarkan madu

Madu keakraban yang peduli tanpa kepedulian

Melenggang tanpa beban


Kekasihku

kulihat dari sini, dari atas sini

senyummu tanpa malu

kau pungut, kau tekuk, kau lipat

dan kau selipkan


Kutemukan itu

saat aku kembali menyatu

bersama kekasihku

















Prima P



YOUR LOSS X’SELF



Rasanya meniti hari ke hari

Hati makin tajam

Dibelah jalan sentimentil


Rasanya berpisah dengan diriMu

Hari makin merajam

Memberonggol tali di leher

Dan bolamata terbelalak

Rasanya menduga waktu

Bersimbah peluh

Sambil mencium dahi derai tawa

Kembali segala daya.


Rasanya berpisah dengan diriMu

Hari menjadi pisau

Matanya senerkam uluhati

Dan sunyi berpadu :


Temanku ! “Heni”

Kim sangat kehilangan diriMu.....


Yuni Wiji L



MIMPI DENGAN KENYATAAN



Desir angina malam ini

membangunkan alam mimpiku

dingin, beku dan menggetarkan hatiku










saat kugapai mimpiku

aku mulai kehilangan kendali

aku mencoba untuk terus berdiri


mencari….mencari….mencari dan terus mencari semua hal yang terselubung mimpi


Aku terkapar

Aku terjatuh……dari ranjang tidurku…..


tak ada yang menopangku

tak ada yang menolongku


Perlahan kubuka mata,

kudengar rintihan suara tangisan

perlahan keluar dari ranjang tidurku

kulihat bergerumpunan orang


aku rasa ini hanya sebuah mimpi

tapi memang benar benar nyata


Seseorang yang kukasihi dan kusayangi hilang musnah pergi lenyap hanya dengan hitungan detik

Senyum manis terakhirnya mengembang mengisyaratkan bahwa dia tak kembali lagi untuk selamanya

Perhiasan ini membuatku tak mengerti

apa yang sebenarnya terjadi pada cintaku ”


Tapi aku sadar

Ajal telah menjemputnya

Tuhan telah mengirimkan iblis untuk untuk menusuknya

Cintaku telah mati dimakan bakteri kehidupan

Malapetaka menghancurkannya berkeping keping hingga jasadnya yang tersisa.....dengan dan tanpa nyawa

Tubuhnya bercucuran darah...dengan bentuknya yang tak sempurna lagi


Tubuhku pucat, gemetar, menggigil kesakitan, sakit, sakit, perih dan pedih yang kurasakan

Merasuk keseluruh sel tubuhku, vena darahkupun meronta merintih perih hingga kedasar tulang.

Air mataku bercucuran........

Dan aku hanya dapat bersedu : Tuhan.......kenapa kau renggut nyawanya....














Sasindo ’05 adalah angkatan ketiga dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. pada masa perkuliahan di semester ini, Sasindo ’05 mendapat tugas dari

mata kuliah Manajemen Penerbitan untuk menerbitkan sebuah buku yang berisikan kumpulan cerpen, esai dan puisi buah karya mahasiswa Sasindo ’05 sendiri. Maka , kami, Sasindo ’05 menjawab tantangan tersebut dan dengan bangga mempersembahkan :


TARIAN KATA”

Kepada anda.

selamat menikmati



No comments: