Ardiyan Dwi P
AMUKAN LAUT
Saat sang jantan membusungkan dadanya
Saat bola mata raksasa mulai berpijar
Dan disaat makhluk – makhluk
Lain memulai lelapnya
Ombak besar bergulung – gulung
Menerjang…menyapu…
Menghantam…meluluh lantakkan
Semua yang ada didepan-Nya
Ribuan raga – raga tak bernyawa
Bertumpukkan
Berserakan
Bergelimpangan
Bau yang sangat menyengat
Anyir
Amis
Menusuk dalam dua lubang kehidupan
Tangisan disertai jeritan
Ketakutan disertai trauma
Hanya ada kesedihan
Dan berduka
Sungguh suatu pemandangan
Yang sangat mengharu pilukan
Semua insan manusia
Berduka
Bambang Dwi L
HILANG
Tak lagi merasa dan tak lagi mendengar
Hanya kegelisahan yang terus melanda
Menatap jauh menyebrangi katulistiwa
Tak terlihat lagi senyum halus di hati
Terperanjat masuk kedalam gelap malam
Tiada lagi raut halus dalam hati yang hilang
Sanubari jiwa melayang tiada arah
Tak henti-hentinya mencari serpihan yang hilang
Tertusuk dalam kehidupan yang semu
Penyesalan yang tiada henti
Hanya kegalauan yang di rasa
Dan hilangnya kehidupan dunia kegelapan
Sigit Lukito Aji
Burung Malam
di stasiun Madiun aku turun
sepi…, tak ada angin menyambut hadirku
enggan kulewat peron yang terang
aku meloncat pagar taman
satu-satunya kedai kosong
aku masuk memesan kopi
kuteguk air kopi yang kurang panas
dan di sana ada bayangan wajahku
belum habis setengah, seorang Perempuan masuk
memesan kopi lalu menatapku!
matanya cekung,
alisnya tebal,
berhidung mancung,
dan bibirnya merah delima.
bercerita tanpa kutanya
hampir setahun mencari kerja
dan menjadi bulan-bulanan di kota Jakarta
lalu mapan di jalan Sabang
tanpa kutahu pangkalnya
ketika pagi belum subuh
perempuan dari Jakarta menggandengku
lalu tidur seranjang denganku
tak ada orang peduli, di sini tak dibutuhkan bukti diri
dan ketika hari senja
baru kubuka jendela
banyak perempuan berdandan
tamunya bergantian datang
“ASTAGA…..!!!”
kubangunkan dia yang telanjang “KAU PELACUR!!!”
kupandang tubuhku bugil di kaca
kepalaku menggeleng tak terasa
dia menggeliat, lalu membalikkan badannya
“D … I … A … M … P … U … T”
A ABDUL RAHMAN
bdul Rahman
Perempuan Berkerudung
Perempuan itu berjalan di depanku
Kerudungnya lambangkan keberanian
Menuntun susuri jalan setapak
Menapak dikerikil-kerikil licin
Senyumnya membuat lupa perih di dasar
Hati
Sapanya mengajak lupakan gores di tapak
Kaki,
Dan aku kembali tegak
Ah, gundah tak tertahankan
Saat perempuanitu hanya tinggalkan
Jejak aku bersiap sendiri sama seperti
Dirinya,
Sendiri menghadap perang
Sekali lagi
Ujung kerudungnya menyapu takut
Yang menggigit
Sekali lagi
Seyumnya jadi belati yang membuatku
Bernyali
Selamat berpisah “Dewiku”
Suatu hari saat kita bertemu di
Pertempuran yang sama
Jangan lupa panggil namaku
Biar kita sama-sama hujamkan
Pedang,
Tepat di dada setiap durjana
“Dewiku”,selamat jalan !
Rahmawati
P Rahmawati
Ketika semua orang mulai ragu
Apa yang harus disikapi
Ketika semua orang mulai bicara
Apa yang harus diperbuat
Ketika semua orang mulai menyiksa
Apa yang harus dilakukan
Sepanjang jalan terlihat lebar
Namun begitu sempit lalui
Bertikung, berbelok, bercabang penuh krikil
Kaki, tangan patah
Hati sakit teriris
Ketika orang ragu
Ketika orang bicara
Ketika orang menyiksa
Ketika mulai kehidupan
GALAXY VEGA B
Love story
saya suka kamu
bagaimana kabar dunia di malam yang suram tadi
apabila esok telah mati, beri tahu aku dimana arah kuburan matahari
lebih dari setengah abad aku merindukan kematian bulan
lelaki ini telah bangkit dari janin seorang pengemis kaya
saya suka kamu
cintaku melebihi dunia yang mati bersama matahari di malam yang suram
pada kebutaan pemimpin yang radikal dan membodohi
saya cinta kamu jika kamu juga tidak membodohi aku
dan kitapun akan berbakti padamu wahai pemimpin yang hampir mati bersama matahari di sore yang kelam
selamat mati wahai pemimpin
akulah pendukungmu,
sebagai panitia datangnya hari kiamat
terima kasih burukku
Irsan Roseno
2 Irsan Roseno
gelap sapu hati rasa
jauh tak titik tatap asa
tetes darah hati luka
sadar bakar hati tiap jangka
titik api awal kata
ciut telinga mulut hina
tutup api pejam mata jiwa
lari kan adanya mereka
satu saat siapa yang ada
coba senyum darah menggila
menggeliat seekor kata
? yang kan tawa
Arief
L ARIEF
merangakai langah menembus nuansa
langitkah penghalang kemenangan ?
pengungkap pencarian jawaban kegelisahan
demokrasi….tak lagi perduli kaki yang tak beralas
menyusup tiap jubah rapi bertuliskan mentri
turun temurun tak terganti
permainan waktu, kejayaan mentri
lama….menanti teriakan kemerdekaan
mereka yang tak beralas kaki, tak lagi mengangkat senjata
memainkan keringat untuk suapan nasi
yang terdahulu tak dikenang
yang lahir menginjak kesengsaraan
kenakanlah alas kaki, berangkatlah berjuang
atau teruslah menangis setelah kemerdekaan demokrasi
dengan mereka yang berseragam rapi bersenggama dengan harta
lama......lama sekali
Abdul Rahman
MENGGAPAI IMPIAN
Waktu berjalan begitu cepat
Siang malam silih berganti yang kulewati
Sulit rasanya tuk menghadapi berbagai cobaan
Yang kualami saat ini
Ku selalu coba berusaha keras
Tanpa mengenal lelah sedikit pun
Demi mendapatkan sebuah impian
Yang sudah lama ku nanti-nantikan
Sungguh aku menyadarinya
Di dalam lubuk hatiku
Bahwa diriku ini
Tidak pantas tuk menggapainya…
Namun ku tak peduli
Walaupun besarnya rintangan dan cobaan yang
Kuhadapi
Tapi ku harus tetap berdiri tegar
Agar impianku selama ini
Dapat terwujud
Zulfatul Khoeriyah
Orang Hina
Tuhan telah menghinaku…
Karna orang yang hina…
Tuhan menghina aku
Karna menemukanku dengan orang hina…
Dan terhinanya aku
Karna hinanya orang yang untukku
Hinanya aku bukan karna Tuhan
Hinaku karna hinanya
Makhluk Tuhan yang untukku
Aku terhina bukan berarti
aku yang hina sepenuhnya
Aku menghinakan makhluk-Mu
Karna makhluk-Mu menjadikan aku hina…
Eka Setyantoro
Eka Setyantoro
PENANTIAN DALAM SENJA
Dalam teduhnya
Tetesan gerimis senja
Ku termenung
Di antara ilalang
Maju ku hempas
Beban ketidak berdayaanku
Tuk merangkai
Segala impian
Kebisuan pun berdinding
Memisahkan dan membatasi
Mengasingkan kita
Ke tempat kedap suara
Bahkan nurani pun tak dapat di dengar
Mengapa harus ada
Batas dan tepi yang menghalangi
Membuat kita selalu terhenti
Seperti di kejar bayang-bayang
Meski tak melakukan apa-apa
Mengapa kebenaran
Justru membuat kita selalu merasa tersiksa
Apa salahnya mencinta
Bukan hal bodoh tapi suci
Cinta telah menjadi kejahatan
Kita harus lari dan sembunyi
Eka Permana B
BEBAS = MATI
Kebebasan sama dengan kematian
Kehidupan bukan kebebasan
Kehidupan adalah tanggung jawab
Untuk mencapai kebebasan
Diatas langit masih ada langit
Di bawah tanah masih ada tanah
Hidup adalah beban
Tak ada kebebasan dalam hidup ini
Hanya beban yang ada
Karna masih ada hati yang mempuyai rasa
Rasa cinta
Rasa benci
Rasa takut
Rasa suka
Takan hilang dalam kehidupan
Hanya kematian yang dapat membebaskannya
Kematian lapaskan belenggu-belenggu mu
Dari tanggungjawab,dan hati yang mempunyai rasa
Karna Bebas = mati
Noviati Maulidah
Kamu Bukanlah Untukku
Sore itu
Sang Surya merangkak pergi ke persembunyiannya
Sisakan jingga di barat
Tinggalkan aku dalam sendiri
Deru ombak kejar-mengejar
Menyikap tirai sepi di hatiku
Air laut sentuh jemari kakiku
Akupun tersentak dari lamunanku
Hari itu dalam lamunku
Sosokmu kembali tersirat dalam benakku
Runtuhkan tembok dengan senyum dan air mata
Tinggallah perih menyayat hati
Sesulit itukah bagiku untuk lupakanmu?
Singkirkan bayang wajahmu dari tiap desah nafasku
Dan dari tiap langkah hidupku
Padahal mencintaimu adalah hal terperih yang pernah kurasakan
Karena mencintaimu aku berharap pada sesuatu yang hampa
Karena kamu bukan untukku
Zulfatul Khoeriyah
Sobat Biadab
Sobatku berambisi
Sebilah golok
tertancap didada
hingga menembus
tulang punggungku
Sobatku…
menusuk !
mencabik !
dan mengiris jantung
Layaknya aku adalah biadap
Dia tetap sobatku !
Kubelai …
Kutimang …
Dan kupuja layaknya permata
Tapi sobatku
membelah tiap garis tawa
Dan merenggut
Ketulusan birahi batinku
Ria Setiani
AKU BUKAN PENULIS
Mencengkeram kaku dan bergetar
Dihadapanku kudapati selembar kertas putih
Nampak polos suci tanpa noda
Tergenggam ditanganku pena hitam
Ruang hatiku bimbang dan pilu
Seolah bertanya…
Haruskah kulukai kertas malang itu dengan goresanku?
Tak satupun huruf, tak setitik tandapun yang tergores
Mengapa…?
Otakku penuh sesak dengan kata-kata
Inginku bagikan kepada kertas itu
Namun, tanganku kaku tak bergerak
Syaraf-syaraf motorikku mati
Aku bukanlah seorang penulis!!!
Pipit Novita
Penantian
Aku termangu dalam kesendirian
Dalam keresahan hati…….
Berharap……. dan ……. berharap
Datangnya suatu terang……
Keabadian……
Akankah terang datang menghampiriku ?
Aku hanya berdoa dan berharap
Walaupun seribu tahun lamanya
Penantian ini……. penantian yang pasti
Dan akan tetap menanti…….
Walaupun jam pasir habis dan berhenti
dan matahari enggan bersinar lagi
Rio Bagus Suntaka
N Rio Bagus Suntaka
Dalam harim kehidupan kau bernafas
Beralun dalam buaian tubuh buncitmu
Darah dingin darah beku menyambut kehadiranmu
Engkaukah itu
Raut wajah kegelisahan
Tanggisan satu memecah kesunyian
Terlihat gelap, hitam ruangan kamar
Seakan penantian itu hilang
Suara itu terdengar sangat kencang
Tubuh munggil selaput kehidupan
Memecah keraguan dalam kebimbangan
Aku lahir menyambut fajar
Kesunyian itu hilang
Keceriaan itu datang
Ibu berkata
Anaku lahir................
Anaku lahir................
Syukurnya dalam hati.
Agus Triyono
R Agus Triyono
Saat ku mulai menangisi dunia
Terlahirlah anak manusia membawa jiwa
Jiwa yang suci pewarna kehidupan
Sebagai penentu masa depan
Ruang kehidupan…
Engkau ruang yang kusinggahi
Untuk mencari prioritas diri
Ruang kehidupan…
Dengan hati yang suci
Ingin ku melangkah sejauh apa yang kucari
Untuk menuju jalan Illahi
Engkaulah tempat kehidupan
Tempat yang harus aku jalankan
Tak ada yang harus aku sesali
Karena dengan ridho Illahi.
Aida Muchlisa
KITA ADALAH LELAKON KEHIDUPAN
Adakah kita lahir hanya membedakan
Antara surga dan neraka
Sekarang roda terus berputar
Memacu perjalanan demi perjalanan
Belum mampu mengungkap misteri
Adakah kau sadar siapakah engkau
Sementara tak mengerti dengan apa yang sedang di jalani
Meski seluruh raga berlapis doa
Damai belum tentu berjabat sabar
Kita mesti menghayati makna seutuhnya
Hidup adalah membaca dan mengeja
Agar kita bisa meyakini tentang Dia
Kelak kita semakin akrab bersama-Nya
Risnawati
Duka Atas Kepergianmu
Aku tak mengerti apa ini
Aku tak mengerti arti ini
Kepergianmu....
Membawa duka yang dalam
Ketika aku ingin denganmu
Kau tak mau
Ketika kau ingin denganku
Aku tak mau
Ketika Sang Khalik memanggilmu
Kesedihan datang padaku
Aku maafkan segala kesalahanmu
Aku menyesal atas kesalahanku padamu
Ketika terakhir ku melihatmu terbaring kaku
Kini hanyalah kenangan yang tersisa
Kini tangis, tangis, dan tangis yang ada di hatiku....
Selamat tinggal, selamat jalan
Vendy Romadon
KUKATAKAN KEBENARAN
Kepada perempuanku
Kusingkap wajah pada siang.
Malamnya aku bermimpi.
Diangkat cerita untuku dan sebuah suara menyeru.
Pilih segala yang kau mau.
Maka kupilih akan sosoknya.
Setelah itu aku berkata:
Kau tertuang dalam tiap hasrat.
Sebagaimana merasuk dalam iramaku.
Namun secepat itu pula.
Kuselipkan buah luka.
Aku takut……………
Memohon pada kebodohan.
Yang kemudian berbisik:
Perempuanku adalah masa depanku.
Tuk kukenakan bagai cincin keabadian.
Dian Fitriana
M Dian Fitriana
Setangkai mawar merah
Merekah dari kuncupnya
Mekar berseri dan wangi
Indah seperti peri
Syahdu seperti puisi
Tapi dibalik keindahannya
Setangkai mawar merah dapat melukai jari yang menyentuh
Luka yang tak dalam namun menyakitkan
Keindahan dapat pula menyakitkan
Seperti cinta
Indah tapi dapat melukai hati
Setyo Afriandi
RAHASIA MALAM
Duniaku menjadi gelap.
Duniaku menjadi sepi.
Tak ada suara bising di sekitar kehidupanku.
Semuanya terlelap oleh kabut kesunyian.
Suara angin yang lembut mencoba menyetubuhi kulit ari.
iwa yang setiap kali bergelut dengan kebimbangan takluk akan
Kesenyapannya.
Semua yang menyangkut dunia.
Terlupakan oleh ketentramannya.
Terkadang kedinginannya mampu menumbuhkan mimpi birahi.
Malam teteplah malam.
Biarlah rahasia malam hilang bersama kesunyian.
Kekuatan dan kelamahan menyatu dalam rahasia malam
Yang tak akan terpecahkan sampai hari pembalasan.
Sri Heni
Sri Heni
KEKASIHKU
Kekasihku………
lekungan lipatanmu,
manis saja tawar
tawar yang menghambar
Senyumu masih saja tersekat jarak
tak mampu sebagai sapa
hanya mampu dikata manusia
Aku disini
Bergelut, bergayut, menembus dinding batu
Batas sekat meretak, melebar, memudar
menghilang menawarkan warna
Kekasihku
kini senyumu menawarkan madu
Madu keakraban yang peduli tanpa kepedulian
Melenggang tanpa beban
Kekasihku
kulihat dari sini, dari atas sini
senyummu tanpa malu
kau pungut, kau tekuk, kau lipat
dan kau selipkan
Kutemukan itu
saat aku kembali menyatu
bersama kekasihku
Prima P
YOUR LOSS X’SELF
Rasanya meniti hari ke hari
Hati makin tajam
Dibelah jalan sentimentil
Rasanya berpisah dengan diriMu
Hari makin merajam
Memberonggol tali di leher
Dan bolamata terbelalak
Rasanya menduga waktu
Bersimbah peluh
Sambil mencium dahi derai tawa
Kembali segala daya.
Rasanya berpisah dengan diriMu
Hari menjadi pisau
Matanya senerkam uluhati
Dan sunyi berpadu :
Temanku ! “Heni”
Kim sangat kehilangan diriMu.....
Yuni Wiji L
MIMPI DENGAN KENYATAAN
Desir angina malam ini
membangunkan alam mimpiku
dingin, beku dan menggetarkan hatiku
saat kugapai mimpiku
aku mulai kehilangan kendali
aku mencoba untuk terus berdiri
mencari….mencari….mencari dan terus mencari semua hal yang terselubung mimpi
Aku terkapar
Aku terjatuh……dari ranjang tidurku…..
tak ada yang menopangku
tak ada yang menolongku
Perlahan kubuka mata,
kudengar rintihan suara tangisan
perlahan keluar dari ranjang tidurku
kulihat bergerumpunan orang
aku rasa ini hanya sebuah mimpi
tapi memang benar benar nyata
Seseorang yang kukasihi dan kusayangi hilang musnah pergi lenyap hanya dengan hitungan detik
Senyum manis terakhirnya mengembang mengisyaratkan bahwa dia tak kembali lagi untuk selamanya
Perhiasan ini membuatku tak mengerti
” apa yang sebenarnya terjadi pada cintaku ”
Tapi aku sadar
Ajal telah menjemputnya
Tuhan telah mengirimkan iblis untuk untuk menusuknya
Cintaku telah mati dimakan bakteri kehidupan
Malapetaka menghancurkannya berkeping keping hingga jasadnya yang tersisa.....dengan dan tanpa nyawa
Tubuhnya bercucuran darah...dengan bentuknya yang tak sempurna lagi
Tubuhku pucat, gemetar, menggigil kesakitan, sakit, sakit, perih dan pedih yang kurasakan
Merasuk keseluruh sel tubuhku, vena darahkupun meronta merintih perih hingga kedasar tulang.
Air mataku bercucuran........
Dan aku hanya dapat bersedu : Tuhan.......kenapa kau renggut nyawanya....
Sasindo ’05 adalah angkatan ketiga dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. pada masa perkuliahan di semester ini, Sasindo ’05 mendapat tugas dari
mata kuliah Manajemen Penerbitan untuk menerbitkan sebuah buku yang berisikan kumpulan cerpen, esai dan puisi buah karya mahasiswa Sasindo ’05 sendiri. Maka , kami, Sasindo ’05 menjawab tantangan tersebut dan dengan bangga mempersembahkan :
“TARIAN KATA”
Kepada anda.
selamat menikmati
No comments:
Post a Comment