Carikan Aku Masa!!
Semua orang bisa sibuk rutinitas namun tidak bagi orang yang menungggu, sedangkan orang yang mencari waktu bisa disamakan dengan rutinitas meskipun dengan hasil yang belum tentu.
keluar dari panggung bersamaan dan mulai berdialog dengan keadaan tubuh yang sangat lelah. Di sudut panggung lain berdiri wanita yang gelagatnya sedang menunggu sesuatu namun tidak memperdulikan mereka.
Paijo : Sampai dimana kita wan?
Juan : Aku belum tahu jo, yang jelas ini kota.
Paijo : taunya?
Juan : Apa kau buta? (bertanya kesal tapi tak kuat untuk marah karena lelah)
Paijo : tidak….(menjawab dengan inosent)
Juan : Kau tidak liat, daerah ini ramai sekali dan itu (menunjuk ke sudut arah) itu kan alun-alun jadi apa bisa di cakap desa?
Paijo : ohh jadi kita ada di kota. Kota apa kira-kira?
Juan : kau ini tuli atau goblok?? (mulai kesal) aku tadi sudah bercakap kepada kau, aku belum tahu, tapi yang jelas tujuan kita adalah Jogja dan arah kita ini benar. Yah kurasa kalau bukan Banyumas, Kebumen, atau mungkin Bali.
Paijo : mungkin kita ada di Bali, menurutmu?
Juan : sudah kucakap, mana tau…!!! Lagipula apa kalau kita hendak ke Jogja, kita harus melewati Bali? Tau dari mana kau kalau ini Bali?
Paijo : kok nanya?
Juan : lah kau…?
Paijo : kau? Kau apa?
Juan : Kau kan tadi cakap padaku, kalau kita ada di Bali.
Paijo : ohh itu. Iya. Kita berangkat dari Ibu Kota, tadi kita naik bis dan kondektur menurunkan kita karena kita disangka orang gila dan mengganggu penumpang. Padahal kita tidak minta-minta, mencopet atau malah merampas milik orang. Kenapa kita mengganggu ya? Lalu tadi aku bilang kita ada di Bali. Aku hanya menduga saja wan!!!
Juan : yah aku juga masih geram dengan kondektur bajingan tadi, kita ini seniman, dia bilang perusuh. Memang dia pikir kita copet, meskipun tadi aku sempat melirik dompet orang yang ada di depanku. Alah tidak penting lah dugaan kau itu. Yang terpenting sekarang kita tanya orang itu barangkali dia tau kita dimana! (sambil menunjuk wanita cantik di depannya)
Paijo : jangan!!! barangkali dia gundik wan, habis kita nanti masuk perangkapnya. Bukankah duitmu Cuma ongkos. Mau naik apa kita nanti pulang?
Juan : tau darimana lagi kau kalau dia lonte? Sudahlah tak usah berburuk sangka. Nanti aku pula yang kau bikin susah.
Paijo : ya sudah terserah kamu saja.
mereka berjalan mendekati wanita cantik itu yang sejak tadi berdiri di pinggiran trotoar namun belum dekat benar juan menarik paijo untuk berhenti.
Juan : kau yang bertanya! Aku sudah membantu kau mencari ide.(pause) Itu sulit bagi kau kan…karena otak kau itu hanya ada sampah dan pikiran kotor, jadi tidak mungkin kau memiliki ide seperti aku ini.
Paijo : he..he..he..he. benar juga kamu, tapi aku tidak tau apa yang mesti aku tanyakan…
Juan : Dasar benga kau… dari tadi kita ini meributkan persoalan posisi kita sekarang kenapa malah sekarang kau bingung mau bertanya apa…
Paijo : oh iya. Baiklah aku bertanya padanya… (mendekat ke arah wanita tersebut)
paijo berjalan mendekati wanita berpakaian seronok itu, tampaknya wanita itu masih cukup muda.
Paijo : Mba…! (terdiam sejenak karena tak ada respon dari lawan bicaranya) Ses…!(diam lagi) Non…! Atau apa sajalah. Bisa saya bertanya sama sampeyan? Saya dan kawan saya yang di sana itu (menunjuk juan dan juan menjadi gerogi bercampur takut karena merasa di tuding oleh tunjukan Paijo) hendak ke Jogja. Mba tahu Benteng Van Den Berg? Kira-kira di mana arah tempat itu? Kami bingung (pause) oh iya satu hal lagi, ini daerah apa? Namanya apa? Jauh tidak untuk menuju tempat yang saya tanyakan tadi?
Wanita : (tersenyum manis lalu mencerna pertanyaan paijo) hauaelablaalaablaajaacha……..
Paijo : (bingung) wah rupa-rupanya orang ini bisu. Kalau begini percuma saja saya bertanya pada orang bisu. (kembali ke arah Juan)
Juan : Bagaimana jawaban wanita itu? Dia lonte? Lalu kemana kita harus jalan?
Paijo : Percuma wan… nihil. Kupikir dia gundik, kupikir juga dia bisa menjawab pertanyaanku, nyatanya bahasanya tak kumengerti.
Juan : agghhh… bodoh kali kau ini… bisa kau apa? Benga… di suruh bertanya seperti itu saja tak bisanya kau dapat hasil. Berlagak tak tahu bahasanya lah. Cakap saja kau tak pandai bertanya. Biar aku yang maju…(menuju wanita itu)
Juan : Maaf mba tadi teman saya bertanya pada mba mengenai arah ke Jogja, tapi dia tidak mengerti katanya. Dia memang benga… bisa saya tahu, kemana saya dan kawan saya itu pergi jika kami hendak ke Jogja? Tepatnya Benteng Van Den Berg?
Wanita : (Senyum manis sejenak) huaalaablaaacha dahaabahaaagyagyagya (terus mengoceh)
Juan : (bingung, menggaruk kepalanya lalu menuju ke arah Paijo) mengapa tak kau katakan sejak tadi kalau dia bisu?? Bingung aku dibuatnya dan tak tahu lah dia cakap apa.
Paijo : Aku belum selesai bicara eh lah kamu nyosor saja dengan wanita itu. Jadi salah lagi aku? Lalu bilang apa wanita itu tadi? Huaachablabkablagyagyagya (menirukan suara wanita itu).
Juan : sialan kau… meledek pula kau bisanya. Lalu bagaimana kita sekarang? sudah lelah aku. Tak tahu pula mesti berjalan kemana.
Paijo : Bagaimana apanya? Bukankah memang kita sudah tersesat dan tak tahu ada dimana… seharusnya kita berpikir kemana kita berjalan bukan bagaimana…
Juan : Tuhan…. Sudah kau siksa aku dengan keadaan ini, masih saja ada orang seperti dia yang menemaniku menjalani keadaan ini makin tersiksa aku Tuhan….
Paijo : Wah kamu benar sebaiknya kita berpasrah pada Tuhan. Pintar juga temanku ini.
Juan : Suka-suka kau saja lah… tambah pusing saja kepalaku kau buat. Baiknya sekarang istirahat saja dulu. Siapa tahu saja nanti kita butuh tenaga lagi.
Paijo : Betul itu, baiknya kita istirahat saja dulu, kakiku ini sudah mau remuk rasanya.
Juan : (mengeluarkan bungkus rokok dari dalam sakunya)
Paijo : Kamu punya toh wan. Minta aku. Rasanya getir sekali rasa mulutku karena sejak tadi tidak sebatang pun rokok yang aku hisap.
Juan : (memberikan sebatang rokok kepada Paijo lalu menyulut rokoknya sendiri yang sudah menempel di mulutnya) festival akan segera dimulai. Besok malam saja kita sudah mulai pentas, kalau sekarang kita masih tersesat seperti ini apa pula nanti yang akan terjadi. (berpikir sejenak) (pause) ha ha ha ha…. (tertawa tiba-tiba membuat Paijo takut karenanya) kenapa aku bisa jadi ikut bodoh seperti kau…
Paijo : Aku?
Juan : Iya, kau bodoh kan?
Paijo : Iya juga ya…
Juan : hahahaha (mulai terbahak keras dan tak lama Paijo mengikutinya) (pause) mengapa kau ikut tertawa? Apa yang kau pikirkan?
Paijo : Aku?
Juan : Ya, memang apa yang kau pikirkan?
Paijo : aku hanya ingin sepertimu, karena kamu tertawa ya aku ikut saja tertawa. Memang salah?
Juan : Dasar benga… aku tertawa karena aku menemukan suatu gagasan. Aku beralasan, mengapa aku tertawa tadi. (pause) begini, kita ini berada di kota bukan? Jadi aku rasa pasti akan ada plang atau tulisan apalah yang bisa menunjukan kita kalau kita ini sedang berada dimana.
Paijo : kamu liat?
Juan : apa?
Paijo : di sana ada kopi…
Juan : (matanya mencari-cari) mana?
Paijo : apanya?
Juan : kau bilang barusan?
Paijo : aku bingung.
Juan : kopi!!! (membentak)
Wanita : wuahadaagyafaratifakaaaa (berbicara pada juan dan paijo sambil menunjuk ke arah warung)
Paijo : bicara apa dia? Kau ngerti?
Juan : (menggeleng) maaf kau berbicara apa?(kepada wanita)
Paijo : ia apa maksudmu dengan wuahadaagyafaratifakaaaa?
Wanita : (tertawa lalu pergi dan mulai menyanyi)
Juan : apa dia gila? Atau kita yang gila? Atau aku mulai jadi sinting karena terus berada di sini?
Paijo : siapa yang gila? Kamu? Aku? Sepertinya dia?
Juan : aghhh… sudahlah tak usah banyak cakap kau, nanti gila aku kau buat. Terus mana?
Paijo : apanya yang mana? Wanita gila tadi? Hei tapi menurutku dia tidak gila, lagipula apa urusanmu dengan wanita tadi?
Juan : bukan wanita, tapi kopi.
Paijo : kopi?(pause) Oh iya..itu di sana (menunjuk ke depan)
Juan : itu warung, bukan kopi.
Paijo : memang, terus?
Juan : malah terus cakap kau… dari mana uang kita untuk membeli?
Paijo : dari dompet.
Juan : memang kau pikir dari jamban… yang ku maksud uang kita dari mana? Dompet kita kosong, Cuma ongkos benga…
Paijo : oh iya, aku lupa.(tertawa kecil, lalu ia mulai memainkan dasar dengan menggunakan potongan sedotan. Juan terus menghisap rokoknya lalu tiba-tiba tersedak-- Paijo bingung dan mencoba untuk menolong. Juan berdiri, batuk-batuk, duduk lagi lalu terlihat kesakitan di bagian dadanya, memukul-mukul dadanya, dan setelah itu tertawa gembira.)
Paijo : hahhh… kau gila??
Juan : (tetap tertawa) kau liat itu.
Paijo : apa?
Juan : (masih tertawa) itu (menunjuk ke depan)
Paijo : kopi? Jadi kita akan membeli kopi? Asik… (pause) tapi kau bilang tadi kita tak punya uang, Cuma ongkos, terus pakai apa belinya?
Juan : (mulai berhenti tertawa namun masih tetap terlihat gembira) bukan kopi. Kau perhatikan baik-baik tulisan yang ada di warung itu. Coba kau baca!
Paijo : itu? (memperhatikan sejenak, lalu mulai mengeja dengan keras) R..U..MAH M..A..KA..N BU..K..AR..TO.
Juan : bukan yang itu, bawahnya!! Coba baca!
Paijo : yang itu? (memperhatikan sejenak, lalu mulai mengeja dengan keras lagi) JA..LAN MA..LI..O..BO..RO, JOG…JA..KAR..TA. lalu?
Juan : berarti kita sudah berada di tempat yang benar.
Paijo : (mulai tertawa kecil lalu mulai terbahak) wah kau benar. Kita kan mau ke jogja.
Diam… lalu mereka tertawa lagi.
Juan : sudah-sudah sebaiknya kita tidak terlalu sering tertawa.
Paijo : nanti masuk angin
Juan : ya benar… sebaiknya--
Paijo : sekarang kita cari benteng van den berg.
Juan : kenapa kau jadi pandai?
Paijo : karena selalu bersamamu, mungkin aku tertular kebiasaan pandaimu.
Juan : syukurlah kalau begitu, aku mulai bosan dengan kebodohanmu.
Dari sisi panggung lain keluar laki-laki paruh baya yang menggunakan pakaian yang serupa dengan juan dan paijo
Paijo : ada orang
Juan : cepat Tanya orang itu!
Paijo : iya… (berjalan menuju orang tersebut) permisi pak… om…mas..atau apalah. Bisa saya bertanya? Saya dan teman saya itu (menunjuk juan, dan lagi-lagi juan takut Karena ulah temannya itu) sedang mencari-cari benteng Van Den Berg dan kami ini adalah seniman, begitu kata teman saya itu sih, lalu bagaimana cara saya untuk mencapai ke sana?
Laki-laki : maaf, apa?
Paijo : Saya dan teman saya itu sedang mencari-cari benteng Van Den Berg,
kami ini adalah seniman, bagaimana cara saya untuk mencapai ke sana?
Laki-laki : (tertawa terbahak-bahak lalu perlahan mulai mereda) kalian seniman?
Paijo : menurut gagasan teman saya itu benar.
Laki-laki : kalian seniman bodoh.
Paijo : kata teman saya, saya memang bodoh. Bagaimana bapak bisa tahu? Bapak cenawang?
Laki-laki : (tertawa terbahak-bahak lagi lalu mulai mereda) ternyata dugaanku benar (tertawa lagi dan kali ini paijo menirukan)
Paijo : sudahlah pak nanti kalau aku dan bapak terus tertawa bisa masuk angin, karena angin masuk dari lobang. Lobang apapun, jadi jangan membuat lobang di mulut, bisa masuk angin.
Laki-laki : (tertawa lagi dan kali ini tambah besar. Paijo mulai bingung) sudahlah sebaiknya kau sadar kau ini sedang berdiri di tempat yang kau maksud tadi. Kau pasti datang untuk mengikuti festival.
Paijo : (bingung, celingukan dan mulai sadar lalu tertawa) sudah kubilang kalau bapak ini cenawang. Buktinya bapak bisa tahu kalau tempat ini adalah tempat yang kumaksud. Ahhh bodohnya aku (tertawa lagi)
Laki-laki : aku bukan cenawang, aku ini seorang penyair, dan aku baru saja selesai mengikuti festival itu.
Paijo : selesai???
Laki-laki : apa kau tidak diberitahu oleh panitia? Acara itu dimajukan 2 hari. (tertawa lalu meninggalkan paijo)…
BLACK OUT
bayu murdiyanto
Thursday, September 13, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment