Cemplung…
BAYU MURDIYANTO
Tak butuh waktu lama dari sejak kita duduk di dalam WC.
Tentunya bagi waras dan bukan yang sakit.
Mungkin tak bisa dimengerti kalau hanya dijadikan rutinitas.
Cemplung pertama mengerang lega,
Cemplung kedua ingin beranjak ke yang ketiga,
Cemplung yang ketiga masih mengharapkan bisa ke yang selanjutnya.
Dan sampai mengakhirinya dengan bersih-bersih.
Mungkin saya termasuk orang yang masih menginginkan cemplung yang tidak yang pertama.
Mungkin yang kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya.
Dan mungkin tidak pernah berharap akan mendapat cemplung yang terakhir.
Yang demikian itu tentunya dikaitkan dengan berkarya.
Mungkin tidak pernah terpikirkan jika ada hal yang lebih dari yang lebih dari sekedar cemplung.
Ketika kita mampu mendangak ke atas dan menangis di atas peraduan.
Merelakan diri dan menjadikan lebih baik dengan gambaran cemplung tadi.
Huaaaa… aku hanya belajar puisi tanpa harus tahu benar atau salah.
Dan puisi itu adalah Cemplung.
Sekre SALAM Purwokerto, 1 September 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment