PENG-AJI-AN
Barisan yang sudah bagus di depan malah mundur satu satu. Minder. Memang pejabat Camat baru saja hadir dan mendudukkan diri di sebelah mereka. Pengajian ini melintang jalan kampung yang mulai besok akan diaspal hotmix. Menghadap lurus di depan saya panggung kecil, 4x5 mungkin lebih kecil lagi. Pak Kyai belum lagi datang walaupun kursi kursi sudah terisi satu-satu atau satu dua dengan bocah kecilnya. Bersebelah kanan panggung dan di sebelah kiri depan tempat saya mengistirahatkan pantat, para ibu-ibu dengan anak-anak gadis mereka berderet rapi sambil merumpi. Tampak manis dan mungkin memang sengaja dijadikan obat kantuk para lajang maupun yang sudah non. Menjadikan pilihan bagi mereka yang bosan melihat panggung yang mustahil itu selain dari pada rebana yang masih menyentuh hati para pendengarnya walaupun menurutku sudah kehilangan karakternya dengan ditambahinya perangkat seperti gitar, bass, drum dan perangkat elektronik lainnya.
Panggungnya memang mustahil walau mungkin tujuannya baik. Bagaimana tidak, pohon-pohon yang dipaksa meninggalkan tanah, tanpa pot dan poster kecil David Beckham! Kanan kiriku masih tetap lengang padahal Pejabat Camat sudah pindah ketempat seharusnya. Ada apa dengan orang-orang ini? apa mereka juga minder melihatku karena book note dan polpen yang ada di tangan? Mereka memilih berdiri umpel-umpelan di belakang atau duduk tindih menindih, tumpang menumpang. Alangkah bodohnya, padahal di depan sini banyak tempat kosong bermeja dan bergelas teh hangat yang berjejer menunggu disruput.
Konser rebana yang tak terlalu menarik lagi bagiku itu akhirnya usai sudah. Akhirnya. Jeda membuat sekitar menjadi semakin meriah, semenit berlalu, juga menit ketiga. Pada menit kelima pembawa acara memasuki panggung dengan gapah-gopoh, tampak sekali dia habis bersantap dan tak tahan kebelakang. Butuh waktu beberapa saat untuk mengkondisikan pengunjung, itupun setelah volume sound dibuat mentok tak lagi bisa deperkeras.
Pak Kyai memang belum lagi datang, mungkin karena gangguan transportasi atau karena merasa dirinya sebagai lakon jadi boleh muncul belakangan untuk menyelesaikan semua masalah dengan atau tanpa masalah. Cerdik sekali si pembawa acara itu, para pemprakata disuruh bicara berlama-lama demi tak adanya jeda antar acara. Jadinya? Membosankan!. Menambah kantuk saja, apalagi dingin benar-benar telah mengundang selesmaku yang telah aku usir berbulan yang lalu. Alhasil banyak muncul kelompok-kelompok debat di belakang,di dekat kios rokok, kopi, tidak termasuk yang sengaja bergerombol di gelap malam sejak awal. Aku tidak senang akan hal ini, semua tidak pada tempatnya, tidak pada waktunya, bahkan ketika lantunan Ayat Suci dibacakan masih terdengar ciap-ciap yang mengusik khidmatku. Untunglah paling tidak bangsa Hawa menghentikan rumpiannya, para tetua menajamkan telinganya yang sudah tumpul yang muda-muda mengikut. Beberapa tetes kerinduan mengalir di beberapa pipi ketika acara dilanjutkan Shalawat Nabi. Ini benar-benar menggetarkan jantungku yang mungkin tinggal satu dua.
Shalawat selalu ramai bagi ana-anak dan yang tua-tua lebih senang bergumam dengan kekhidmatan tersendiri. Mungkin juga karena tidak yakin dengan suaranya sendiri. Truk besar pengangkut buldoser melintas arena diikuti ramai anak-anak.truk sebesar itu tidak mungkin dialihkan ke jalur alternatif. Walhasil lagi-lagi acara menjadi meriah.
Akhirnya Pak Kyai dan rombongan serta Pak Bupati dan rombongan hadir juga setelah sekian lama, melintas di depanku tanpa jabat tangan tanpa senyum. Orang-orang yang mendadak alim dengan mengikuti pengajian yang sebenarnya tak pernah menarik perhatian mereka, kini tersenyum lebar dan berusaha untuk sedekat mungkin dengan Pak Bupati. Anak-anak kecil tambah bersorak walau sebenarnya mereka juga tidak terlalu mengerti, yang penting bersorai. Para dewasa mendadak diam, pura-pura mendengarkan laporan ketua panitia. Parade pidato ini masih akan terus berlanjut, kali ini giliran lurah. Entah kenapa kali ini banyak tepuk tangan dan bersemangat, mungkin karena lurahnya baru, muda, bekas preman yang insyaf. Suka Slenge’an tapi berpendidikan, cedal tetapi baik hati dan jujur. Bagaimana tidak? Pidato pembukaan pengajian malah ngomongin acara tujuhbelasan. Katanya, “Masalah pengajian sudah ada jagonya, kalau aku yang ngomongin, nggak perlu mahal-mahal ngundang Kyai” dengan cedalnya yang segera disambut meriah oleh pengunjung. Pidato yang menarik dan mengundang tawa. Thok cer mengatasi kantuk dan kebosanan. Lurah yang bijak, tahu bagaimana menyegarkan mata-mata yang meminta bantal atau sekedar kopi kental. Gaul mbok?
Deretku mulai diisi orang, sesepuh bini sepuh semua, mungkin deret ini memang dikhususkan untuk mereka tapi aku tak peduli, aku datang labih awal. Tapi alangkah tak beruntungnya mereka yang di sebelahku, teh hangat di depan mereka telah aku sikat sedari tadi digantikan gelas kosong, bening tanpa sisa.
Pidato penutup dari Pak Bupati tidak lama jadi tidak terlalu membosankan. Memang gelak tawa muncul terutama di kalangan Ibu-Ibu, bukan karena lawakan Bupati yang garing tetapi karena ada bocah yang ikut naik panggung dan dengan lucunya melambai-lambai di belakang. Pak Bupati senyum-senyum sendiri merasa sambutannya mendapat perhatian besar.
Setelah sambutan dari pak Bupati yang meriah itu akhirnya giliran Pak Kyai memerankan lakonnya, pak Bupati tetap tak mengetahui apa yang telah terjadi seakan telah terjadi perjanjian tersendiri untuk tidak menceritakan kejadian tersebut. Shalawat mulai dikumandangkan dan pada ulangan ketiga baru sang lakon memainkan peranannya dengan berjalan gagah penuh wibawa menuju mimbar khusus. Shalawat dihentikan, hadirin hadirot semuanya diam, bahkan bocah tadi dibekap mulutnya oleh Ibunya agar tidak bersuara. Diam sediamnya. Suasana kian mencekat karena Pak Kyai itu belum juga bersalam, matanya menyapu barisan. Aku yakin apabila ada jangkrik mengerik maka orang terdekat akan menggebuknya.
Dan belum lagi senyumnya mengembang aku telah meringkuk diatas kasur meraba-raba mencari selimut. Dan menyesal keesokan paginya...
10 Agustus 2007
Pada sebuah Pengajian Isra’ Mi’raj
dwianajatisetiaji
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
??????????
Post a Comment